Kenapa Tuhan menciptakan wajahku jelek???

Minggu, 30 Oktober 2011

| | | 25 komentar
Terkadang kita sering mengeluh mengenai fisik kita dan  bertanya kepada diri sendiri atau Tuhan "Tuhan itu ga adil, kenapa kakakku atau adikku, teman-temanku diberikan wajah tampan/cantik sementara aku diberikan wajah jelek???", "Tuh liat enak yah! kalau jadi dia, dikagumin sama cowo-cowo karena dia cantik", "Seandainya wajah saya seperti artis ini, mungkin cewe manapun nempel sama gw, sayangnya wajah gw ga seperti dia".

Penulis pun pernah mengalami hal serupa di atas. Apakah kita pernah berpikir bahwa sesungguhnya Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya. Hal ini senada dengan firman Allah SWT "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya". (At Tiin; 4). 

Jadi, Allah SWT menciptakan kita lain dari satu dengan yang satunya agar dunia ini indah dan keindahan itupun harus dihiasi dengan perbedaan, entah itu dari bentuk fisik maupun bakat kita. Bayangkan seandainya dunia ini diciptakan semua rambut manusia itu ikal tidak ada yang kribo maka kita pun merasa ada yang kurang dalam hidup ini atau kita akan bosan memandang rambut itu melulu setiap harinya.

 "Perbedaan itu indah" itulah sabda Rasulullah yang pernah saya dengar dipengajian maupun di majelis taklim. Perbedaan itu bak" sayur tanpa garam" maksudnya hidup ini terasa hambar jika Allah SWT menciptakan manusia tidak beda dari satu dengan yang lainnya. Lagi juga Allah swt itu melihat manusia bukan dari bentuk rupa maupun kekayaannya melainkan hati dan amal kita sebagaimana Rasulullah bersabda "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan kekayaanmu tetapi Allah melihat hati dan amalmu". (HR Muslim).


Sudah sepatutnya kita tak usah mengeluh. Kita seharusnya mensyukuri nikmat Allah atas apa yang diberikan kepada kita dan yakinlah bahwa Allah SWT mempunyai rencana lain dalam penciptaan diri kita. Di bawah ini penulis akan mengkisahkan cerpen Raksasa cebol :


Raksasa Cebol
Oleh Zaenal Radar T.

Bebu adalah raksasa yang tinggal di lereng gunung berapi. Tidak seperti raksasa lainnya, Bebu bertubuh bulat dan pendek. Itu sebabnya, Bebu jarang sekali bergaul dengan raksasa lain. Ia merasa malu setiap kali bertemu mereka.

"Hahahaaa.....ada raksasa cebol. Begitulah julukan buat bebu. Jika Bebu ke pasar, hampir semua raksasa di sekitarnya menatapnya aneh. Di saat panen tiba, Bebu juga diejek. Di saat itu, para raksasa memetik buah dengan mudah. Sementara, Bebu merasa kesulitan karena tubuhnya pendek. "Sudahlah Bebu, kamu tidak usah memetik buah. Kamu makan aja!" Begitulah yang diucapkan raksasa lain. 

Bebu sedih sekali memikirkan nasibnya yang malang. Ia sering menyendiri dan melamun. "Kenapa aku terlahir seperti ini?" tanya Bebu pada dirinya sendiri. Bebu heran. Di keluarganya, tak ada yang memiliki tubuh seperti dirinya. Ayah dan ibunya bertubuh tinggi besar seperti raksasa pada umumnya. Apalagi kakaknya, yang bertubuh lebih tinggi dan besar dibandingkan raksasa lainnya.

Bahkan adiknya pun, jauh lebih tinggi dan besar dibandingkan Bebu. "Ayah, kenapa tubuhku tidak seperti raksasa lain?" tanya Bebu. Ayah sesaat diam, lalu tersenyum. "Bebu, pasti Sang pencipta punya rencana, mengapa tubuhmu tidak seperti raksasa lain". "supaya aku dihina dan dipandang rendah oleh raksasa lain? Begitu, Yah?". "Tentu bukan, sayang". "Lalu kenapa?".

Ayah seperti kehabisan kata-kata. Bebu berlari menjauh. Bebu tak peduli, meskipun Ayah memanggil-manggilnya. Bebu lari ketempat yang paling disukainya. Sebuah gua kecil di kaki bukit. Di sini, ia menyendiri. Biasanya, Bebu membawa makanan dan minuman yang cukup banyak. Semakin hari, simpanan makanan Bebu semakin banyak. Makanan kaleng, biskuit-biskuit kering .....Bebu akhirnya membuat lumbung makanan di gua itu. Tentu saja ia hanya menyimpan makanan yang awet.

Karena simpanan makanannya cukup banyak Bebu jarang pulang ke rumah. Ia menginap di dalam gua itu. Tak ada satu raksasa pun yang tahu letak gua tersebut. Kalaupun mereka tahu, mereka tak akan bisa memasuki pintu gua yang cukup kecil itu. Suatu sore, Bebu keluar dari gua. Ia ingin pulang karena rindu pada keluarganya. Namun, ketika tiba di desanya, Bebu sangat terkejut. Ia tak menemukan satu raksasa pun yang lau lalang. Saat melihat ke sekeliling, Bebu terkejut. Hampir semua rumah rubuh dan hangus terbakar. Ia akhirnya menemukan beberapa raksasa yang terluka di sudut-sudut jalan.

"Bebuuuu....!". Tiba-tiba Bebu mendengar suara ayahnya. Ia segera mencari asal suara ayahnya. Bebu sangat terkejut saat meihat ayahnya yang tampak kusut dan kotor. bebu segera berlari dan memeluk ayahnya. "Ada apa, Yah? Apa yang terjadi...?". "Syukurlah kamu selamat. Tadi siang, ada awan panas menyergap kampung ini". "Mana ibu dan saudara-saudaraku?". Ayah terisak sambil meneteskan air mata.
"Di mana mereka, Yah?". "Ibu, kakak, serta adikmu terluka. Mereka sudah dibawa ke rumah sakit". Bebu menangis sedih. Beberapa saat kemudian, beberapa raksasa yang selamat berdatangan. Mereka sedih karena kehilangan sanak saudara. selain itu, mereka mulai lapar. Hati Bebu menjadi iba melihat mereka. Ia bersyukur karena keluarganya selamat semua.

Bebu lalu bergegas kembali ke guanya. Ia mengambil semua persediaan makanan Bebu di gua, lalu membawanya ke desa. Semua raksasa heran melihat Bebu membawa banyak makanan. Bebu dengan cekatan membagikan makanan kepada Ayah dan raksasa lainnya. Semua raksasa berterima kasih kepada Bebu. kalau tidak ada Bebu, di dalam keadaan darurat seperti ini, mungkin mereka akan mati lemes karena tidak ada makanan yang bisa dimakan.

Ayah bangga pada Bebu. Kini, Bebu menyadari, Raksasa seperti dirinya dibutuhkan oleh raksasa lain. Bebu tidak sedih lagi karena bertubuh pendek. Beberapa waktu kemudian, Ibu dan adik bebu sudah sehat. Bebu sangat gembira. Apalagi, warga desa kini menobatkannya sebagai pahlawan. (sumber: Majalah Bobo tahun xxxix, edisi 28)


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ