Denis (Sang Bidadari MimpiKu)

Minggu, 26 Juni 2011

| | | 0 komentar
27 Juni 2011

(Cerita Fiksi)

Ada apa denganku???. Setiap kali aku bermimpi, aku selalu melihat sosok wanita cantik. Wanita cantik itu berkulit putih, bermata jeli, ramah, pemalu dan juga wanita cantik itu laksana emas dan mutiara (yakut dan marjan). Dia selalu hadir di dalam mimpiku. Dia tersenyum dan membawaku pergi terbang entah kemana.

Aku sempat menolak ajakan wanita itu karena aku belum kenal siapa dia??. Namun, aku tak perdaya ketika tanganku dipegang olehnya. Aku tak bergerak dan diam seribu bahasa karena aku jaim. Aku baru pertama kali merasakan sentuhannya sehingga tubuhku keluar keringat dingin. Aku malu-malu bertanya kepada dia. Aku bertanya "Wahai, Kinsana, bolehkah hamba bertanya". "Kinsana mau tanya apa". Jawab wanita itu sembari tersenyum.
 "Siapakah Kinsana?? dan darimanakah Kinsana berasal??". Tanyaku.Namun, sayangnya ketika wanita itu ingin menjawab. 


Aku mendengar suara ibuku. "tiar bangun-bangun sudah subuh. Ayo, shalat subuh". Suara ibuku. Aku terbangun dari tidurku. Aku baru sadar ternyata aku bermimpi melihat wanita itu lagi. Aku termenung di kamar dan berbicara sendiri di hatiku "Ya Tuhan! semenjak aku patah hati karena cintaku ditolak oleh teman kampusku dan juga rindu dengan ayahku yang meninggal dua tahun lalu, kenapa pikiranku ini menjadi kacau??. Mungkinkah aku stress dikarenakan hatiku sakit dengan orang yang aku cintai dan orang-orang yang telah memfitnah ayahku sehingga aku mengkhayal yang engga-engga??.


Suara ibuku terdengar lagi di luar kamarku "Tiar, ayo! sana lekas ambil wudhu. Ntar keburu matahari terbit". Aku langsung saja keluar kamarku untuk mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Seusai shalat subuh, sarapan pagi menungguku walaupun  menunya hanya nasi uduk dan gorengan. Namun, aku tetap bersyukur masih bisa makan apa adanya. Dulu, aku bisa sarapan pagi dengan nasi goreng sosis dengan telur ceplok setengah mata sapi bikinan Mpo Ijah (mantan pembantuku). Sekarang, mungkin aku tidak bisa merasakan sarapan pagi bikinan Mpo Ijah lagi. Iya, memang dulu perekonomian keluargaku cukup makmur bahkan dapat dikatakan lebih.

Ayahku dulu adalah Pejabat Dirjen Pajak Eselon II (Pegawai Negeri Sipil). Tapi sejak ayahku meninggal dua tahun yang lalu perekonomian keluargaku menurun drastis akibat di fitnah korupsi oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab dan haus akan kekuasaan sehingga ayahku ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).  Sayangnya, ketika mau diadili di Pengadilan Tinggi Negeri Jakarta Pusat, ayahku mendadak terkena serangan jantung dan meninggal. Ya, Tuhan! Kenapa dunia ini begitu kejam??? dan kenapa Engkau memberikan cobaan yang bertubi-tubi ini padaku??. Belum cobaan keluargaku dan sekarang aku patah hati karena ditolak. Lengkap sudah penderitaanku.



Lanjut cerita, seusai sarapan pagi. Aku bersiap-siap untuk kuliah. Aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta terkenal di Jakarta Barat. Aku pamit dengan ibuku dan aku pergi ke kampus dengan Vespa buntut tahun 80-an. Dengan vespa ini terasa aku seperti mengendarai motor CBR-ku dulu. Namun, sayang motor CBR-ku sudah dijual untuk biaya kuliahku sekarang ini. Sesampai di kampus, aku bertemu Astri dan Lea. Mereka adalah teman baikku yang selalu menyemangati aku dalam kehidupanku. Astri itu tipe orang yang beragamis sedangkan Lea adalah Anak pengusaha ekspor-impor trade market, dia juga keturunan  Islam Tionghoa . "Assalamualaikum, Tiar". Sapa Astri. "Wa'alaikum salam". Jawabku. Kami pun beranjak bareng menuju kelas kuliah.


Sebelum menuju ke kelas kuliah, Aku bertemu dengan temanku yang menyebalkan. Mereka sering aku sebut Geng Three Angel's, yang terdiri dari: Desi, Putri dan Vita. Mereka selalu mengejekku setiap aku tak sengaja ketemu mereka di kampus, di kantin, di jalan raya, di kelas yang sama atau mungkin di toilet. Mereka mengejekku, seperti: "Anak koruptor ngapain kuliah disini!. Penting ga sih kuliah di kampus Kita. Jelek-jelekin nama kampus Kita aja!". Sesudah mengejek pasti mereka tertawa terbahak-bahak karena puas akan ejekannya.



Aku malu dan sakit hati rasanya mendengar ejekan mereka. Ingin sekali aku memukul mereka bertiga tapi mereka adalah perempuan. Tak wajar jika seorang lelaki memukul serang wanita. Lagi pula perempuan itu paling dilindungi dan diberikan jaminan keselamatan. Aku bertanya dalam hatiku, kenapa sih perempuan itu amat sangat dilindungi seakan-akan dispesialkan daripada laki-laki???. Kata orang perempuan harus dilindungi agar terwujudnya kesetaraan gender. Kalau memang terwujudnya kesetaraan gender. Kenapa laki-laki tidak demikian halnya???. 

Coba deh bayangkan, sekarang ini ada Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan lembaga swadaya masyarakat (lsm) yang terdiri dari: Solidaritas Perempuan (Jakarta), Yayasan Perempuan Mardika (Jakarta), PPSW (Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita Jakarta), APIK (Asosiasi Perempuan untuk Keadilan ; Jakarta), LSPPA (Lembaga Studi Pengembangan Perempuan dan Anak ; Yogyakarta), SBPY (Sekretariat Bersama Perempuan Yogya), Divisi Advokasi Solidaritas Perempuan (Jakarta). (http://www.angelfire.com/md/alihsas/aktivitas2.html). Kenapa tidak di buat Kementrian Pemberdayaan Pria atau lembaga swadaya masyarakat, seperti: Solidaritas Pria, Yayasan Pria, Pusat Pengembangan Sumberdaya Pria, Asosiasi Pria untuk keadilan, Lembaga Studi Pengembangan Pria, dan Divisi Advokasi Solidaritas Pria. Berarti menurutku yang dimaksud gender adalah kodrat perempuan dong!!.



taman firdaus yang banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon hijau, seperti: Anggur, Pisang, dan Pohon zaitun.

Mengapa Kita harus menulis????

Minggu, 19 Juni 2011

| | | 0 komentar
 20 Juni 2011

Saya pernah bertanya-tanya dalam hati mengapa kita harus menulis??. Bagi saya menulis itu penting karena bisa mengingat kenangan masa lalu, seperti: moment lucu, suka dan duka di masa lampau, bukan hanya itu saja menulis juga menuangkan pengetahuan, pemikiran, menghilangkan rasa jenuh (bete), mengobati rasa hati yang terluka, menghindarkan kita dari kesendirian (alone), mengungkapkan perasaaan kita dan sebagainya. 

Kemarin, saya membeli buku karangan caryn mirriam-Goldberg, Ph.D, yang berjudul daripada bete nulis aja!. Di dalam buku tersebut Caryn mencurahkan isi hatinya, kenapa dia harus menulis?. Di bawah ini adalah isi curahan hatinya:
Menulis menyelamatkan hidup saya
Saya berusia 14 tahun sewaktu duduk di tangga beton di depan apartemen sahabat karib saya yang segera akan menjadi mantan sahabat saya. Kami baru saja bertengkar hebat. Lomba teriak ini akan mengakhiri persahabatan dalam hidup saya. Di rumah, orangtua saya menghadapi perceraian terburuk pada abad ini (begitulah pikir saya) telah membuat batasa dengan membagi dua rumah dan saya tidak yakin harus berada di sisi mana. Saya pikir, hidup saya hancur dan tidak tahu harus berbuat apa. Maka, saya pun mulai menulis.

Puisi pertama saya, tidak mengherankan, adalah tentang orang yang dapat berubah menjadi sangat kejam. Begitu pula yang kedua dan yang ketiga. Namun dalam proses memegang pena dan menuntunnya maju mundur si atas setiap baris, saya mulai merasakan harapan. Saya mulai merasa ketakutan saya berkurang, tidak terlalu merasa sendiri. Saya menyukai perasaaan ini maka saya pun terus menulis.

Selama 25 tahun terakhir, saya terus menulis--kadang-kadang cepat dan tidak rapi, kadang selambat lalu lintas yang macet. Kini, saya punya rak-rak yang dipenuhi catatan harian, laci-laci yang dipenuhi puisi, esai, cerita, dan surat. Menulis telah menjadi pusat hidup saya melebihi segala yang saya ketahui tentang diri sendiri dan dunia. Bagaikan debar jantung di seluruh tubuh, membawa saya berulang-ulang ke kosongan halaman dan kebutuhan mengisinya. Menulis telah menyelamatkan hidup.

Saya percaya, menuliskan pemikiran, puisi, dan cerita -kadang berjam-jam setiap harinya -mencegah saya terlalu banyak memikirkan bunuh diri pada saat-saat sulit dan sedih. Sebagai remaja, saya bertanya-tanya apakah saya layak hidup dan menulis membantu memahami luka hati saya. Saat menulis, saya dapat mengumpulkan ketakutan dan emosi yang meluap-luap di atas kertas, menciptakan semacam cermin. Cermin ini menunjukkan alasan saya merasa seperti yang saya rasakan.(Mirriam-Goldberg, Caryn, Daripada bete, nulis aja!, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010).

Pada awal kalimat tulisan, saya pernah singgung bahwa menulis itu bisa "menuangkan pemikiran". Pemikiran dasar inilah Plato pernah berkata "cogito ergo sum" yang artinya Aku berpikir, maka aku ada. Sudah barang tentu, sepanjang orang itu menulis maka dia berpikir dan selalu ada karyanya bahkan dikenang sampai akhir zaman.

Manfaat Menulis Jika di Tinjau dari Teori (ilmiah).
Di bawah ini ada beberapa manfaat menulisjika ditinjau dari segi teori (ilmiah) :
1. Memiliki Kondisi Mental yang Sehat. 
Menurut James Pennebaker, Ph.D, dan Janet Seager, Ph.D, dalam jurnal Clinical Psychology bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memberi kekuatan positif pada tubuh kita. Dengan memahami ini, maka menulis bisa menjadi kekuatan dan sebuah tulisan bisa menjadi kekuatan bagi penulis bahkan pembacanya. (http://niahidayati.net/manfaat-menulis-untuk-kesehatan-mental.html).
2.  Menghilangkan stress.
Hal ini bisa dimengerti karena dengan menulis kita bisa mencurahkan perasaan kita tanpa takut diketahui orang lain. Tidak semua orang bisa dengan mudah menceritakan masalahnya pada orang lain. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh watak masing-masing orang. Pembagian kepribadian secara tradisional kita kenal ada dua, yaitu introvert dan ekstrovert. Introvert adalah orang yang memiliki tipe kepribadian tertutup, sedangkan ekstrovert adalah orang yang mempunyai kepribadian terbuka. Orang introvert tentu mengalami kesulitan dalam berbicara pada orang lain. Ini tentu saja mendatangkan kesulitan bagi orang introvert saat harus menyelesaikan masalahnya.

Dan, menulis diari adalah solusi tepat bagi orang berkepribadian introvert dalam membantu menghilangkan stres serta mengurangi beban pikirannya. Orang dengan kepribadian ekstrovert tentu akan lebih mudah dalam berbagi dengan orang lain. Namun, bukan berarti orang ekstrovert tidak memerlukan diari sebagai bagian dari terapi. Justru orang dengan kepribadian ekstrovert akan lebih mudah terbuka dan merefleksikan segala yang terjadi dalam dirinya, lebih jujur, dan mudah menemukan berbagai sisi, yang membuatnya dapat menemukan solusi dalam pemecahan masalahnya. (http://www.andaluarbiasa.com/9-manfaat-menulis-diari-sebagai-terapi-kesuksesan).

3. Menghilangkan penyakit flu
Dalam satu penelitian, Mahasiswa baru yang menulis tentang ketakutan-ketakutannya mengalami perasaan rindu rumah dan kecemasannya lebih singkat, dibandingkan dengan mahasiswa yang menulis tentang hal-hal umum. Namun pada akhir masa studi, mahasiswa yang secara terbuka mengungkapkan ketakutan-ketakutannya mengalami flu lebih sedikit dan kunjungan ke dokter yang lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol (Pennebaker,Colder & Sharp, 1990). Penemuan ini telah direplikasi dalam penelitian-penelitian lain, termasuk pada mahasiswa di Rumania (Opre dkk., 2005). (Dalam Wade, Carole & Carol Tavris, 295, 2008).

Nah, Anda sudah tahu manfaat menulis. Mulailah menulis sekarang juga! Tentu saja, menulis apa saja yang sesuai dengan suasana hati Anda.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ