Mengapa Kita harus menulis????

Minggu, 19 Juni 2011

| | |
 20 Juni 2011

Saya pernah bertanya-tanya dalam hati mengapa kita harus menulis??. Bagi saya menulis itu penting karena bisa mengingat kenangan masa lalu, seperti: moment lucu, suka dan duka di masa lampau, bukan hanya itu saja menulis juga menuangkan pengetahuan, pemikiran, menghilangkan rasa jenuh (bete), mengobati rasa hati yang terluka, menghindarkan kita dari kesendirian (alone), mengungkapkan perasaaan kita dan sebagainya. 

Kemarin, saya membeli buku karangan caryn mirriam-Goldberg, Ph.D, yang berjudul daripada bete nulis aja!. Di dalam buku tersebut Caryn mencurahkan isi hatinya, kenapa dia harus menulis?. Di bawah ini adalah isi curahan hatinya:
Menulis menyelamatkan hidup saya
Saya berusia 14 tahun sewaktu duduk di tangga beton di depan apartemen sahabat karib saya yang segera akan menjadi mantan sahabat saya. Kami baru saja bertengkar hebat. Lomba teriak ini akan mengakhiri persahabatan dalam hidup saya. Di rumah, orangtua saya menghadapi perceraian terburuk pada abad ini (begitulah pikir saya) telah membuat batasa dengan membagi dua rumah dan saya tidak yakin harus berada di sisi mana. Saya pikir, hidup saya hancur dan tidak tahu harus berbuat apa. Maka, saya pun mulai menulis.

Puisi pertama saya, tidak mengherankan, adalah tentang orang yang dapat berubah menjadi sangat kejam. Begitu pula yang kedua dan yang ketiga. Namun dalam proses memegang pena dan menuntunnya maju mundur si atas setiap baris, saya mulai merasakan harapan. Saya mulai merasa ketakutan saya berkurang, tidak terlalu merasa sendiri. Saya menyukai perasaaan ini maka saya pun terus menulis.

Selama 25 tahun terakhir, saya terus menulis--kadang-kadang cepat dan tidak rapi, kadang selambat lalu lintas yang macet. Kini, saya punya rak-rak yang dipenuhi catatan harian, laci-laci yang dipenuhi puisi, esai, cerita, dan surat. Menulis telah menjadi pusat hidup saya melebihi segala yang saya ketahui tentang diri sendiri dan dunia. Bagaikan debar jantung di seluruh tubuh, membawa saya berulang-ulang ke kosongan halaman dan kebutuhan mengisinya. Menulis telah menyelamatkan hidup.

Saya percaya, menuliskan pemikiran, puisi, dan cerita -kadang berjam-jam setiap harinya -mencegah saya terlalu banyak memikirkan bunuh diri pada saat-saat sulit dan sedih. Sebagai remaja, saya bertanya-tanya apakah saya layak hidup dan menulis membantu memahami luka hati saya. Saat menulis, saya dapat mengumpulkan ketakutan dan emosi yang meluap-luap di atas kertas, menciptakan semacam cermin. Cermin ini menunjukkan alasan saya merasa seperti yang saya rasakan.(Mirriam-Goldberg, Caryn, Daripada bete, nulis aja!, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010).

Pada awal kalimat tulisan, saya pernah singgung bahwa menulis itu bisa "menuangkan pemikiran". Pemikiran dasar inilah Plato pernah berkata "cogito ergo sum" yang artinya Aku berpikir, maka aku ada. Sudah barang tentu, sepanjang orang itu menulis maka dia berpikir dan selalu ada karyanya bahkan dikenang sampai akhir zaman.

Manfaat Menulis Jika di Tinjau dari Teori (ilmiah).
Di bawah ini ada beberapa manfaat menulisjika ditinjau dari segi teori (ilmiah) :
1. Memiliki Kondisi Mental yang Sehat. 
Menurut James Pennebaker, Ph.D, dan Janet Seager, Ph.D, dalam jurnal Clinical Psychology bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memberi kekuatan positif pada tubuh kita. Dengan memahami ini, maka menulis bisa menjadi kekuatan dan sebuah tulisan bisa menjadi kekuatan bagi penulis bahkan pembacanya. (http://niahidayati.net/manfaat-menulis-untuk-kesehatan-mental.html).
2.  Menghilangkan stress.
Hal ini bisa dimengerti karena dengan menulis kita bisa mencurahkan perasaan kita tanpa takut diketahui orang lain. Tidak semua orang bisa dengan mudah menceritakan masalahnya pada orang lain. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh watak masing-masing orang. Pembagian kepribadian secara tradisional kita kenal ada dua, yaitu introvert dan ekstrovert. Introvert adalah orang yang memiliki tipe kepribadian tertutup, sedangkan ekstrovert adalah orang yang mempunyai kepribadian terbuka. Orang introvert tentu mengalami kesulitan dalam berbicara pada orang lain. Ini tentu saja mendatangkan kesulitan bagi orang introvert saat harus menyelesaikan masalahnya.

Dan, menulis diari adalah solusi tepat bagi orang berkepribadian introvert dalam membantu menghilangkan stres serta mengurangi beban pikirannya. Orang dengan kepribadian ekstrovert tentu akan lebih mudah dalam berbagi dengan orang lain. Namun, bukan berarti orang ekstrovert tidak memerlukan diari sebagai bagian dari terapi. Justru orang dengan kepribadian ekstrovert akan lebih mudah terbuka dan merefleksikan segala yang terjadi dalam dirinya, lebih jujur, dan mudah menemukan berbagai sisi, yang membuatnya dapat menemukan solusi dalam pemecahan masalahnya. (http://www.andaluarbiasa.com/9-manfaat-menulis-diari-sebagai-terapi-kesuksesan).

3. Menghilangkan penyakit flu
Dalam satu penelitian, Mahasiswa baru yang menulis tentang ketakutan-ketakutannya mengalami perasaan rindu rumah dan kecemasannya lebih singkat, dibandingkan dengan mahasiswa yang menulis tentang hal-hal umum. Namun pada akhir masa studi, mahasiswa yang secara terbuka mengungkapkan ketakutan-ketakutannya mengalami flu lebih sedikit dan kunjungan ke dokter yang lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol (Pennebaker,Colder & Sharp, 1990). Penemuan ini telah direplikasi dalam penelitian-penelitian lain, termasuk pada mahasiswa di Rumania (Opre dkk., 2005). (Dalam Wade, Carole & Carol Tavris, 295, 2008).

Nah, Anda sudah tahu manfaat menulis. Mulailah menulis sekarang juga! Tentu saja, menulis apa saja yang sesuai dengan suasana hati Anda.

0 komentar:

Posting Komentar

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ